Harga minyak menguat lebih dari satu persen pada akhir perdagangan Rabu (16/2) waktu AS atau Kamis (17/2) pagi WIB. Kenaikan terjadi karena investor mempertimbangkan pernyataan yang saling bertentangan tentang kemungkinan penarikan beberapa pasukan Rusia dari sekitar perbatasan Ukraina.
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April meningkat US$1,52 atau 1,6 persen, menjadi menetap di US$94,81 per barel.
Sementara itu harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Maret naik US$1,59 atau 1,7 persen, menjadi ditutup di US$93,66 per barel.
Pada Senin (14/2), kedua kontrak acuan mencapai level tertinggi sejak September 2014, dengan harga minyak Brent menyentuh US$96,78 dan WTI mencapai US$95,82.
Namun kontrak berjangka jatuh setelah penyelesaian perdagangan reguler, setelah pejabat AS dan Iran mengatakan mereka lebih condong pada kesepakatan tentang pengembangan senjata nuklir yang akan memungkinkannya untuk meningkatkan penjualan minyak global.
Analis mengatakan sikap Rusia yang mengancam terhadap Ukraina telah mendominasi pasar minyak selama beberapa minggu, dengan kekhawatiran bahwa gangguan pasokan dari produsen utama di pasar global yang ketat dapat mendorong harga minyak ke US$100 per barel.
"Pasar telah mencerminkan situasi yang telah terjadi dan apa yang mungkin terjadi, yang merupakan ambiguitas dari satu hari ke hari berikutnya," kata Kepala Penelitian Komoditas Global Citi, Edward Morse seperti dikutip dari Antara, Kamis (17/2).
Harga minyak didukung oleh data mingguan yang menunjukkan permintaan bahan bakar AS bertahan pada rekor tertinggi. Sementara persediaan minyak mentah di Cushing, Oklahoma, pusat penyimpanan dan titik pengiriman untuk kontrak berjangka AS turun ke level terendah sejak September 2018. sumber cnn